Hidup Ini Bukan Untuk Ditangisi - Selamat siang sahabat TohaPratama Blog. Admin baru bisa posting artikel hari ini dikarenakan hari kemarin admin sedang disibukkan dengan pekkerjaan admin. Sebelumnya Admin sudah memposting La Tahzan berjudulkan Bersama Kesulitan Ada Kemudahan. Pada kesempatan kali ini, admin akan memposting La Tahzan yang berjudulkan "Hidup Ini Bukan Untuk Ditangisi." Berikut isi Buku La Tahzan, Dr,'Aidh al - Qarni. yang berjudulkan :
Cover Buku La Tahzan |
Napoleon berkata di Saint Halena,“saya tidak pernah mengenal kebahagiaan sepanjang enam hari dalam hidupku."
Khalifah Hisyam Ibn Abdulah Malik mengatakan,“aku menghitung hari – hari bahagiaku, ternyata hanya tiga belas hari saja."
Sedangkan ayahnya, Abdul Malik, mengeluh, “seandainya aku tiak pernah memangku jabatan khilafah."
Said Ibnul Musayyib berkata, “ segala puji bagi allah yang telah menjadikan mereka lari kepada kami dan bukan kami yang lari kepada mereka"
Ibnu Sammak seseorang yang jago memberi nasehat menemui harun Al – Rasyid. Saat itu Harun sedang merasa haus dan meminta segelas air. Maka, Ibnu Sammak bertanya, “Seandainya anda dicegah untuk minum air itu, apakah anda akan menebusnya dengan separuh kerjaanmu?"
Harun menjawab, “ Ya “ setelah selesai minum Ibnu Sammak bertanya lagi, “ jika anda dicegah untuk mengeluarkan air yang telah anda minum dari perutmu, apakah anda rela membayar dengan separu kerajaanmu yang lain?"
Harun menjawab, “ Ya “ Ibnu Sammak pun berkata, “ Tidak ada artinya sebuah kerajaan yang nilainya tidak lebih berharga dari segelas air."
Jika dunia ini tidak ada keimanan di dalamnya maka dunia tidak berguna, tidak berharga, dan tak bermakna.
Iqbal, seorang penyair filosof asal Pakistan, mengatakan, “ jika iman telah tiada maka tidak ada lagi rasa aman, dan tidak ada dunia bagi siapa saja yang tidak menghidupkan iman. Barangsiapa rela dengan kehidupan tanpa agama, dia telah menjadikan kehancurannya sebagai teman karibnya."
Emerson dalam akhir makalahnya tentang kepercayaan terhadap diri sendiri mengatakan, ”Kemenangan politik, naiknya upah, kesembuhan penyakit yang anda derita, atau kembalinya hari – hari bahagia, akan membayang dihadapan anda. Tapi janga pernah mempercayainya, karena kenyataan yang terjadi tidaklah demikian. Tidak ada yang akan mendatangkan ketenangan dalam diri anda kecuali diri anda sendiri.”
Filosof dan penulis cerita, Epiketos, memperingatkan, “Bahwa keharusan menghilangan pemikiran yang salah dalam pikiran kita jauh lebih penting daripada menghilangkan bisul dan tumor dari tubuh kita.”
Cukup mengherankan, bahwa peringatan terhadap penyakit pemikiran dan akidah, dalam al-Qur’an, lebih banya dibandingkan peringatan terhadap penyakit jasmani. Allah berfirman,
“Maka tatkala mereka berpaling ( dari kebenaran ) Allah memalingkan hati mereka.”
( QS. Ash - Shaffat: 5)
Filosof Perancis, Michel de Montaigne, menjadikan kata - kata berikut sebagai moto dalam hidupnya, “Manusia itu seharunya tidak terpengaruh oleh peristiwa yang terjadi sebagaimana ia terpengaruh oleh pendapatnya terhadap peristiwa tersebut.”
Dalam sebuah atsar disebutkan: “Ya Allah jadikan aku rela dengan qadha-Mu hingga aku tahu bahwa apa yang menjadi bagianku pasti akan datang padaku dan yang bukan bagianku tidak alan pernah menimpaku.”
Khalifah Hisyam Ibn Abdulah Malik mengatakan,“aku menghitung hari – hari bahagiaku, ternyata hanya tiga belas hari saja."
Sedangkan ayahnya, Abdul Malik, mengeluh, “seandainya aku tiak pernah memangku jabatan khilafah."
Said Ibnul Musayyib berkata, “ segala puji bagi allah yang telah menjadikan mereka lari kepada kami dan bukan kami yang lari kepada mereka"
Ibnu Sammak seseorang yang jago memberi nasehat menemui harun Al – Rasyid. Saat itu Harun sedang merasa haus dan meminta segelas air. Maka, Ibnu Sammak bertanya, “Seandainya anda dicegah untuk minum air itu, apakah anda akan menebusnya dengan separuh kerjaanmu?"
Harun menjawab, “ Ya “ setelah selesai minum Ibnu Sammak bertanya lagi, “ jika anda dicegah untuk mengeluarkan air yang telah anda minum dari perutmu, apakah anda rela membayar dengan separu kerajaanmu yang lain?"
Harun menjawab, “ Ya “ Ibnu Sammak pun berkata, “ Tidak ada artinya sebuah kerajaan yang nilainya tidak lebih berharga dari segelas air."
Jika dunia ini tidak ada keimanan di dalamnya maka dunia tidak berguna, tidak berharga, dan tak bermakna.
Iqbal, seorang penyair filosof asal Pakistan, mengatakan, “ jika iman telah tiada maka tidak ada lagi rasa aman, dan tidak ada dunia bagi siapa saja yang tidak menghidupkan iman. Barangsiapa rela dengan kehidupan tanpa agama, dia telah menjadikan kehancurannya sebagai teman karibnya."
Emerson dalam akhir makalahnya tentang kepercayaan terhadap diri sendiri mengatakan, ”Kemenangan politik, naiknya upah, kesembuhan penyakit yang anda derita, atau kembalinya hari – hari bahagia, akan membayang dihadapan anda. Tapi janga pernah mempercayainya, karena kenyataan yang terjadi tidaklah demikian. Tidak ada yang akan mendatangkan ketenangan dalam diri anda kecuali diri anda sendiri.”
“Wahai jiwa yang tenang, Kembalilah kepada Rabb – mu dengan hati yang puas dari diridhai – Nya.”
( QS. Al - Fajr: 27 - 28 )
Filosof dan penulis cerita, Epiketos, memperingatkan, “Bahwa keharusan menghilangan pemikiran yang salah dalam pikiran kita jauh lebih penting daripada menghilangkan bisul dan tumor dari tubuh kita.”
Cukup mengherankan, bahwa peringatan terhadap penyakit pemikiran dan akidah, dalam al-Qur’an, lebih banya dibandingkan peringatan terhadap penyakit jasmani. Allah berfirman,
“Di dalam hati mereka ada penyakit, lalu di tambah Allah penyakitnya, dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.”( QS. Al - Baqarah: 10 )
( QS. Ash - Shaffat: 5)
Filosof Perancis, Michel de Montaigne, menjadikan kata - kata berikut sebagai moto dalam hidupnya, “Manusia itu seharunya tidak terpengaruh oleh peristiwa yang terjadi sebagaimana ia terpengaruh oleh pendapatnya terhadap peristiwa tersebut.”
Dalam sebuah atsar disebutkan: “Ya Allah jadikan aku rela dengan qadha-Mu hingga aku tahu bahwa apa yang menjadi bagianku pasti akan datang padaku dan yang bukan bagianku tidak alan pernah menimpaku.”
Kutipan diatas admin ambil dari Buku ( La Tahzan, Dr,'Aidh al - Qarni, halaman -145 - 146 ).
Mudah
- mudahan apa yang admin bagikan dapat bermanfaat untuk kita semua.
Semoga pola pikir kita menjadi lebih baik setelah membaca kutipan di
atas. Sehingga dapat memberikan perubahan yang baik dalam diri kita.
Kesimpulannya adalah Didalam kehidupan kita hendaknya selalu bersyukur, jangan terlarut dalam kesedihan. Karena dalam kehidupan sudah ada ketetapan / takdir masing masing, dimana setiap manusia pastilah ada perbedaan untuk takdir. Karena kesedihan itu sendiri bukan lah jalan untuk yang terbaik. Jalan yang terbaik adalah berserah diri kepada sang pencipta " Allah s.w.t " dan mensyukuri segala ketetapan dari - Nya.
Sekian yang dapat admin sampaikan. Semoga memberikan ilmu / wawasanj kepada kita semua. AMIN
Terima kasih atas Kunjungan nya.
Wasalamu'alaikum Wr.Wb
0 Response to "Hidup Ini Bukan Untuk Ditangisi"
Post a Comment